Baru-baru ini bak sejuta jurus yang dilakukan oleh pemerintah desa setempat untuk mengeksplor tempat wisata Srigati. Seperti yang disampaikan Joko Setyono Kepala Desa (Kades) Babadan, ia merencanakan berbagai terobosan agar kedepanya Srigati mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia pariwisata di Ngawi.
“Jauh hari kami pihak pemerintah desa ingin keberadaan Srigati ini menjadi jujugan para wisatawan. Tentu harus ada konsep yang jelas dengan melibatkan warga masyarakat sekitar sini. Sehingga akan berdampak pada penguatan ekonomi,” terang Joko Setyono Kades Babadan, Minggu (28/01).
Harapnya, Srigati tidak harus beraroma wisata spiritual melainkan sebagai satu wahana bermain bagi semua kalangan baik pelajar, anak maupun orang dewasa. Kalau sudah sedemikian itu beber Joko, secara perlahan Srigati akan mempunyai magnet bagi pengunjung baik lokal maupun luar daerah yang berimbas pada pendapatan.
“Sebelumnya pihak Perhutani memberikan satu kawasan wisata di sekitar Pendopo Srigati sekitar setengah hektar dan insyallah akan ditambah lagi menjadi tujuh hektar. Inilah pekerjaan rumah kita secara berkesinambungan dengan pemerintah daerah khususnya Disparpora Kabupaten Ngawi. Tapi pihak desa sebelum itu direalisasikan akan membentuk BUMDes terlebih dahulu agar ada manajemen pengelolaan yang baik,” ulas Joko Setyono.
Bahkan kemasanya nanti sesuai inovasinya paling tidak ada wahana bermain flaying fox dan rumah pohon sebagai background foto selfie yang sekarang ini memang lagi booming. Akan tetapi ia pun menyadari semua terobosan tersebut membutuhkan budget anggaran untuk merealisasikan.
Disisi lain sebagai kepala desa Joko bersyukur acara ritual Ganti Langse di Srigati selama dua tahun terakhir sudah ada kemasan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya sejak campur tangan dari Disparpora Kabupaten Ngawi. Selain itu awal inovasi total Srigati tidak lepas dari satu kegiatan yang diusung Disparpora Kabupaten Ngawi tahun 2014 lalu yang melibatkan Desa Babadan.
Terbukti Desa Babadan, Kecamatan Paron mewakili Kabupaten Ngawi menuju lomba 3 besar penilaian gotong royong Propinsi Jawa Timur selain Lamongan dan Pacitan. Penilaian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap administrasi, Presentasi dan Peninjauan lapangan, yang terdiri dari 4 indikator atau bidang, yaitu bidang Kemasyarakatan, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta bidang lingkungan.
Terpisah, Sukadi selaku Kabid Kebudayaan Disparpora Kabupaten Ngawi mendasar perencanaan awal tradisi budaya yang berkaitan langsung dengan Srigati khususnya Ganti Langse akan dilakukan secara komperhenship dan menjadi event budaya tahunan. Sukadi meminta harus ada daya dorong dari pemerintah desa maupun masyarakat sekitar obyek wisata Srigati.
Post a Comment