Ritual Budaya Kebo Ketan Sang Penawar Racun
Upacara ritual budaya Kebo Ketan bertajuk Penawar Racun Divide Et Impera digelar dalam puncaknya. Diarak dari Sendang Margo Alas Begal menuju lapangan Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren Ngawi dikawal langsung pasukan Kraton Yogyakarta bersama 60 Bregada Niti Manggala dari Gedong Kiwo start mulai pukul 09.30 WIB, Minggu (03/12).
Bupati Ngawi Budi Sulistyono bersama Dwi Rianto Jatmiko Ketua DPRD Ngawi yang turut hadir dilokasi pagelaran mengaku upacara Kebo Ketan yang menjadi bagian dari seni kejadian berdampak karya besar Bramantyo Prijosusilo memberikan satu pesan tersendiri terhadap masyarakat. Pesan yang tersirat dari pagelaran yang dihadiri ribuan warga dari berbagai daerah ini tidak lain untuk lebih menjaga keseimbangan alam dengan beragam ekosistimnya.
Budaya semacam ini (Kebo Ketan-red) bukan sekedar hiburan semata tetapi lebih bernilai pada pesan penuh makna yang mana sesuai filosofinya tidak lain bagaimana menjaga keanegaraman ekosistim lingkungan. Pada hakekatnya pihak Pemkab Ngawi melalui Disparpora akan mensuport terus kegiatan semacam ini untuk sukses terus dan menjadikan satu pesona wisata budaya di Ngawi, terang Kanang sapaan akrab Bupati Ngawi, Minggu (03/12).
Sementara itu pada dasarnya, upacara Kebo Ketan adalah sajian budaya seni kejadian berdampak merupakan satu inovasi terbarukan dalam seni budaya. Tentu sangat erat dari tujuan awal, yakni untuk menyelamatkan hutan RPH Begal yang sebagian besar sudah gundul mencapai ratusan hektar akibat tangan jahil. Dampak terparah akan semua itu adalah berkurangnya mata air Sendang Margo Alas Begal.
Terbesit akan hal sedemikian ini, Bramantyo Prijosusilo melalui Kraton Ngiyom pada Oktober 2017 lalu mencoba berkomunikasi dengan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar untuk meminta agar izin pengelolaan kawasan ini sebagai hutan wisata diberikan kepada masyarakat desa-desa tepi hutan. Tentu konsep tersebut sekarang ini tengah digodok antara Kraton Ngiyom, Pemkab Ngawi, Perhutani dan warga sekitar hutan.
Langkah awal yang dilakukan Pemkab Ngawi memang bisa dibuktikan dilokasi sekitar Alas Begal. Sebelumnya akses jalanya belum ada program pengerasan jalan tetapi kini sudah dilakukan pavingisasi sekitar 2 kilometer. Dan rencananya jalan akses tersebut akan diteruskan sampai tembus ke Desa Begal masuk wilayah Kecamatan Kedunggalar.
Kemudian pada puncak acara Kebo Ketan ini dihadirkan seniman dari berbagai daerah. Dari data yang ada disebutkan, untuk komunitas Prana dari Ubud Bali yang didukung belasan personel akan menampilkan musik dan tari. Selain itu, dari Yogyakarta tercatat akan menampilkan grup muda berisi musisi jenius, Brightsize Trio yang baru kembali dari tur di Eropa. Sementara itu Denny Dumbo dan kawan-kawan, akan menyajikan musik sakralisasi mengiring puncak upacara penyembelihan Sang Kebo Ketan.
Sedang dari Jakarta akan datang kelompok Bonita & The Hus Band, dan Dima Miranda & The Jatiwangi Art Factory, serta KH. Dr. Zastrouw Ngatawi dan Ki Ageng Ganjur. Kelompok rock dari era tahun 1990 an, Elpamas, akan menjadi gong pertunjukan musik Upacara Kebo Ketan, membawa formasi istimewa dengan 2 vokalis. Satu satunya musisi yang tampil sendiri adalah baladawan Yogyakarta Sri Krishna.
Pada prosesi upacara Kebo Ketan juga melibatkan seniman lokal Ngawi dan tentunya menampilkan berbagai pentas seni seperti Reog Kebonagung Sekarputih, kelompok hadrah dan tari Sufi Madin Al Fatih dari Ngrambe, serta Penthul Melikan, dan kerawitan dari Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Ngawi ditambah warga yang terlibat di dalam persiapan dan pelaksanaan artistik dan teatrikal prosesi. (pr)
Post a Comment